INDONESIA KOMITMEN KURANGI GAS KARBON PADA PENERBANGAN INTERNASIONAL

Beranda Berita INDONESIA KOMITMEN KURANGI GAS KARBON PADA PENERBANGAN INTERNASIONAL

INDONESIA KOMITMEN KURANGI GAS KARBON PADA PENERBANGAN INTERNASIONAL

Humas DJPU

Senin, 10 April 2017

JAKARTA - Indonesia menjadi salah satu negara yang ditunjuk oleh ICAO menjadi tuan rumah ICAO Regional Seminar on States' Action Plans and Carbon Off setting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA), mewakili negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Selain Asia Pasifik, ada 4 wilayah lain yang ditunjuk menyelenggarakan acara serupa pada periode 27 Maret – 20 April 2017 tersebut. Yaitu wilayah Amerika Selatan + Amerika Utara + Amerika Tengah dan Kepulauan Karibia; Eropa dan Atlantik Utara;  Afrika Timur + Afrika Selatan + Afrika Barat dan Afrika Tengah; dan Timur Tengah.

Seminar regional ini merupakan tindak lanjut dari Resolusi Sidang Majelis Umum ICAO ke-39 yang diadakan pada tanggal 27 September – 7 Oktober 2016 di Montreal, Kanada. Resolusi tersebut  menetapkan beberapa resolusi baru, khususnya yang terkait dengan  keberlanjutan penerapan dan kebijakan ICAO dalam hal perlindungan lingkungan dalam kerangka perubahan iklim dan skema Global Market-Based Measure (GMBM).

Indonesia ditunjuk ICAO berdasarkan ICAO State Letter Nomor ENV 6/6-SL 17/10 tanggal 7 Februari 2017. Seminar dilaksanakan mulai hari ini, Senin (10/4/2017) hingga Kamis (13/4/2017) di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta dan dibuka oleh Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso.

Menurut Agus, Indonesia gembira atas penunjukan sebagai tuan rumah seminar regional ini. Karena hal tersebut berarti bahwa komitmen dan tindakan Indonesia dalam hal perlindungan lingkungan diakui oleh ICAO dan dunia internasional. Indonesia sudah mempunyai peta jalan (roadmap) untuk mereduksi emis udara dari dunia penerbangan.

“Sejak ditetapkan dalam ICAO Assembly Resolusi A37-19, Indonesia melalui Ditjen Perhubungan Udara mulai menyusun Indonesia Action Plans yang disampaikan ke ICAO tahun 2013. Sesuai rekomendasi ICAO di mana Action Plans harus di-update setiap 3 tahun, kami kembali menyampaikan update State Action Plans pada Juni 2015. Secara nasional, Indonesia Action Plans terus di-update setiap tahun untuk memonitor progres implementasi dari setiap upaya mitigasi,” ujarnya.

 Agus menambahkan, saat ini Indonesia juga sedang melakukan up-date Action Plans dan berharap dapat segera disampaikan ke ICAO lagi. “Jadi kita punya kontribusi yang nyata untuk eliminasi emisi udara dari penerbangan,” ujarnya lagi.

Beberapa upaya mitigasi yang telah dilakukan Indonesia, di antaranya adalah:
1.    Penyusunan kebijakan, prosedur, dan pengembangan SDM.
2.    Efisiensi prosedur operasional pesawat udara.
3.    Pemanfaatan bahan bakar terbarukan untuk pesawat udara dan energi terbarukan di bandar dengan target penggunaan bahan bakar ramah lingkungan sebesar 2% pada akhir tahun 2016.
4.    Penggunaan armada pesawat yang lebih baru dan ramah lingkungan.
5.    Peningkatan Air Traffic Management dengan Performance Based Navigation (PBN).
6.    Implementasi bandar udara ramah lingkungan.
7.    Penyiapan infrastruktur implementasi market-based measures.

Action Plans merupakan alat/ wahana perencanaan dan pelaporan secara sukarela dari suatu Negara untuk menginformasikan kegiatan/aksi mereka dalam rangka menurunkan emisi CO2 di sektor penerbangan internasional. Pengembangan dan pelaporan State Action Plans kepada ICAO ditetapkan oleh ICAO Assembly pada Assembly Resolution A37-19 tahun 2010 dan ditegaskan kembali pada Assembly Resolution A38-18 tahun 2013 dan A39-2 tahun 2016.

“Bersama dengan forum ini, saya juga sampaikan terkait komitmen global kami untuk mengurangi perubahan iklim, kami telah meratifikasi Paris  Aggreement. Yaitu dengan dengan membuat UU No. 16 tahun 2016 dan telah kami serahkan penentuan kontribusi nasional (Nationally Determined Contribution / NDC) kami kepada UNFCCC pada Oktober 2016 lalu,” lanjut Agus.

GMBM atau CORSIA merupakan upaya tambahan/ pelengkap (complement) untuk mencapai “carbon neutral growth from 2020” karena upaya-upaya penurunan emisi sektor aviasi melalui peningkatan teknologi pesawat udara, peningkatan efisiensi operasional dan pemanfaatan bahan bakar terbarukan dianggap tidak cukup.

Untuk wilayah Asia Pasifik, seminar regional ini   dihadiri oleh ICAO Regional Director for Asia Pacific, Mr. Arun Mishra and ICAO Deputy Director, Environment, Air Transport Bureau, ICAO Headquarters, Ms. Jane Hupe serta pakar penerbangan di bidang lingkungan di seluruh negara-negara kawasan Asia Pasifik.

Arun Mishra berterimakasih pada Indonesia atas kesediaannya menjadi tuan rumah seminar regional ini. “Kita berharap hasilnya sangat berguna bagi masa depan dengan partisipasi yang bagus dari semua anggota yang hadir,” ujarnya.

Sedangkan Jane Hupe mengapresiasi Indonesia sebagai salah satu negara yang awal menjadi negara anggota ICAO yang telah  memulai langkah  penting bagi masa depan dengan komitmen mengurangi emisi udara dari penerbangan.

Seminar regional ini akan dibagi menjadi dua sesi pertemuan, yaitu:
a. ICAO State Action Plan (10 -11 April 2017), membicarakan tentang langkah-langkah penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang ditimbulkan oleh penerbangan sipil internasional.

Sesi pertemuan ini akan menggambarkan komitmen ICAO bersama negara-negara anggota dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca di sektor penerbangan dengan langkah-langkah yang terukur. Dalam sesi ini, ICAO akan menyampaikan kemajuan-kemajuan di bidang perlindungan lingkungan terkait penerbangan sipil. Dan perwakilan negara anggota yang hadir dapat bertukar pikiran tentang langkah pencegahan meningkatnya potensi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh penerbangan sipil;

b. Seminar CORSIA (12 s.d. 13 April 2017), membahas tentang persiapan langkah-langkah skema GMBM/ CORSIA yang akan dimulai pada tahun 2021.

Tujuan utama kegiatan ini adalah :
1.mendapatkan masukan terkait perhitungan batas gas buang emisi CO2;
2.mensosialisasikan informasi tentang Standards and Recommended Practices (SARP’s) terkait elemen-elemen rancangan CORSIA dan implementasinya;
3.sebagai forum untuk menyampaikan status kesiapan masing-masing negara dalam menerapkan CORSIA serta penilaian dan bantuan pelaksanaan terkait dengan CORSIA.

ICAO sangat mengharapkan agar seluruh negara anggota ICAO dapat mempergunakan pertemuan dimaksud semaksimal mungkin sebagai sarana untuk berdiskusi dan bertukar pikiran tentang CORSIA dan meningkatkan kemungkinan kerjasama antara negara-negara anggota ICAO.(HUMAS)

Sistem Manajemen Pengaduan Kementerian Perhubungan (SIMADU)
Sistem Pelaporan Sukarela (Voluntary Reporting System) Kementerian Perhubungan (VRS)

Merupakan Sistem Database Keselamatan Penerbangan Nasional untuk mendukung Program Keselamatan Penerbangan Nasional / State Safety Programme (SSP) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

Gambar Uphold
  • Belum ada agenda yang akan datang

Copyright © 2024 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. All Rights Reserved.